"Oke, kami kesana!! Kasih tau aja di RS mana." Balas chaki kepada andi. Chaki memang masih sedih setelah ditinggal mati stamol, tapi ini lebih parah lagi rasanya. Lebih panik. Gimana engga, sahabatnya dari kecil ngabarin kalo nyokapnya lagi sakit. Parah.
Chaki dan karin segera menuju RS tempat nyokapnya andi dirawat.
"Aduuuh, cha, dari SMS nya andi, dan sampe andi ga sekolah gitu kayanya parah banget yah nyokapnya?" tanya karin memecah keheningan.
"Aduuuh rin, mana gue tau, berdoa aja yaah semoga ga parah. " jawab chaki yang juga lagi panik dan sedih tapi berusaha bijak.
"Uda lu jangan mikir yang macem-macem rin, serahin aja semuanya sama Tuhan."
Belum sampai mereka di RS tempat nyokapnya dirawat, hape chaki bunyi. Dan ternyata itu SMS dari andi.
"Cha lo lg ama karin?" ,
"Iya, gue lgi ma karin, ndi. Ni lg mo jln ksna. npa emg?", Balas chaki penasaran.
"Lo kesini bukan untuk melawat cha. tapi melayat. Nyokap gue uda ga ada. " balas andi.
Seketika Chaki lemes membaca SMS andi barusan. Tangannya seperti tidak kuat bahkan untuk memegang hape sekalipun. Bagaimana mungkin dalam sehari dia bisa kehilangan 2 sosok yang penting dalam hidupnya.
"Cha, kenapa cha??" Tanya karin setelah melihat raut muka chaki yang tiba-tiba pucat itu. "Lo sakit cha??"
Chaki hanya memberikan hape nya kepada karin sambil menunjukan SMS andi barusan. Chaki sudah tidak sanggup berkata-kata.
Seketika air mata turun di sudut mata karin. Dia berpikir bagaimana mungkin sahabatnya ditinggal nyokap pada umur semuda itu. Andi masih butuh nyokapnya buat ngurusin dia. Andi masih butuh nyokapnya buat bikinin batagor kesukaannya. Andi masih butuh nyokapnya buat ngambilin rapot dia pas kenaikan kelas. Andi masih butuh nyokapnya disamping dia pas dia lulus sarjana nanti. Bagaimana mungkin nyokapnya pergi secepat itu, sedangkan melihat andi lulus SMP aja nyokapnya ga sempat.
Setibanya di RS, mereka melihat andi sedang duduk sendirian di depan kamar jenazah. Mukanya sangat terlihat kalo dia tidak tidur semalaman. Matanya masih mengeluarkan air mata kesedihan.
"Ndi!..", Chaki memanggil andi. Andi menoleh dan tanpa pikir panjang dia langsung menghampiri chaki dan memeluknya.
Tangis andi meledak sesaat setelah mereka berpelukan. Karin hanya terdiam sambil menangis sambil mengusap punggung andi.
"chaaaaa, nyokap gue uda ga ada chaaaaaaa...", tangis andi di pelukan chaki.
"Iyaaa ndii, yang tabah yaah. Lo harus kuat ndi. Nyokap lo uda di surga sekarang." Chaki juga tidak dapat menahan rasa sedihnya. Chaki juga ikut merasakan kesedihan andi. Begitu juga dengan karin.
"iyaa ndi, lo sabaar yaaah. kita-kita disini selalu ada buat lo kok.." sambung karin sambil tetap menghibur andi.
Mereka berpelukan cukup lama sampai akhirnya andi mengajak ke ruang jenazah, tempat nyokapnya istirahat sejenak sebelum dibawa ke rumahnya andi.
"Nyokap kenapa di?" tanya chaki
"gue juga awalnya ga tau cha nyokap kenapa. Kemarin dia ga kenapa-kenapa kok pas gue berangkat sekolah. Nah pas siang-siang kata kakak gue, nyokap ngeluh tuh nyeri di dada. nyerinya banget-banget deh. Kakak gue panik kan, soalnya nyokap sampe kaya ga sadar diri gitu. Ngomongnya juga tiba-tiba ga jelas. Langsung deh tuh kakak gue telpon bokap dan gue. Makanya disitu gue buru-buru balik kan. Singkat cerita nyokap gue di bawa kesini. Kata dokter dia kena serangan jantung. Lumayan parah. Tapi pas waktu itu dia masih....", Andi tidak dapat melanjutkan ceritanya. Air matanya kembali mengalir lagi karna melihat nyokapnya sudah tidak bernyawa didepannya. Chaki dan karin hanya bisa diam, sambil terus menguatkan andi.
"Yauda ndi, iya, gak apa-apa. Ga usah diterusin." kata karin yang sangat sedih juga melihat kondisi andi.
Andi terus mengusap-usap kepala nyokapnya itu. Andi sangat terpukul. Andi sangat sedih.
"Maaa, banguun doong, andi belom ngebahagiain mama, kok mama uda pergi ninggalin andii siih..." kata andi kepada nyokapnya.
Chaki dan karin tidak tahan melihat kejadian itu. Mereka berusaha membawa andi keluar ruangan. Kemanapun, asal tidak didepan jenazah nyokapnya.
Sepanjang waktu berlalu, andi hanya termenung. Ditawarin makan ga mau, di tawarin minum mau. Lumayan.
Bokap dan kakaknya andi tidak kalah sedih dengan andi. Mereka merasa sangat-sangat kehilangan.
Chaki menyadari suatu hal. Dia jadi ingat akan kelakuannya terhadap mama. Dia tidak menurut. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk sebisa mungkin, sekuat mungkin untuk mencintai orang tuanya.
"Cha, rin, makasih yah uda dateng kesini buat menghibur gue. Lo bedua emang sahabat gue paling manteb. gue serius. Gue uda keilangan nyokap gue, gue ga mau keilangan yang lain. Ga mau keilangan orang-orang yang gue sayangin lagi, termasuk kalian." kata andi kepada chaki dan karin, sambil meneteskan air mata.
Karin segera membalas "iyaa ndii, uda seharusnya kita kaya gini ke elo. gue ga akan kemana-mana ndi. Gue ama chaki ga akan kemana-mana kok, lo kalo butuh sesuatu tinggal nyari kita aja kok. Nyokap lo emang ga akan pernah bisa di gantikan oleh sapapun, tapi kami berusaha buat berperan kaya nyokap" .
"iyaaa bener.." sahut chaki "yang penting lo harus kuat di! harus tabah. Lo harus inget, sekarang nyokap lo uda ga sakit lagi. dia uda bahagia di sana. Dia uda tenang. Nyokap lo juga ga mau kalo liat lo terus-terusan sedih kaya gini."
Andi merasa terharu mempunyai teman seperti Chaki dan karin. Dia merasa sangat terbantu oleh karna kehadiran mereka berdua.
"Lo berdua emang sahabat gue paling manteb!! Makasih banget yaah.." Andi tersenyum..
Akhirnya nyokapnya andi mau di bawa pulang kerumah. Karna hari mulai gelap, maka karin dan chaki memutuskan untuk pulang dulu kerumah, dan nanti malam baru akan kerumah andi.
"ndi, gue sama karin balik dulu yaah, ntar maleman gue kerumah lo bareng keluarga", pamit chaki. karin pun sama.
merekapun pulang kerumah masing-masing. Dan andi beserta keluarganya masih menunggu mobil jenazah datang untuk membawa nyokapnya.
"Ini pak, administrasi rumah sakitnya..", kata seorang suster sambil menyerahkan selembar kertas ke bokapnya andi..
Bokapnya andi hanya tertunduk, terdiam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar