Kamis, 24 Juli 2014

New Era




Sendal? Bukan. Ini bukan mau ngomongin sendal sekarang. Tapi mau ngomongin soal Indonesia. Cie serius kayanya.

Iya gitu, kita sedang memasuki era baru dalam pemerintahan. Era pembuktian dari siapapun yang kemarin koar-koar dimanapun, termasuk pemimpinnya sendiri. 
Sebelum tanggal 9 Juli kemarin (Hari pemilihan PilPres), rakyat Indonesia di suguhkan oleh *eh bentar, 'disuguhkan' disambung atau di pisah di nya?* banyaknya kampanye kampanye yang mendukung atau menjatuhkan kedua belah pihak, baik itu nomor 1 atau 2.

Disitu gue pusing. Muak. Gimana engga, hari hari gue disitu dipenuhi oleh berita politik semua (ya selain dipenuhi sama kamu juga tentunya :'), berantem sesama temen mengenai capres masing masing, sampe gosip gosip apaan tau. 
Karena gue muak gara gara hal itu, gue jadi bersikap apatis sama yang namanya pilpres. Sekali lagi, ini sewaktu masa kampanye sebelum pemilihan.

Jadi waktu itu gue inget, gue lagi bosen gatau mau ngapain, jadi gue pikir kenapa ga cari tau aja tentang dunia pilpres dsb ini. Oke, gue mulai search segala sesuatu yang berhubungan sama capres ini. Blablablabla, akhirnya gue sedikit tau tentang mereka. Dua duanya ga sempurna baik, tapi gue harus pilih yang terbaik toh ini buat negara gue juga. 

Tanggal 9 Juli pun tiba. Libur. Gue bangun kesiangan, tapi untungnya nyoblos sampe jam 1 siang. Jadi gue masih berkesempatan untuk ikutan pesta demokrasi itu. Dengan mantab gue coblos sambil mengucap bismillah. Kemudian orang TPS nya protes, 'Lho, mas kan kristen' katanya. *abaikan*

Lalu setelah masa pencoblosan, muncul lagi masa saling mengaku kalo uda menang, ya if you know what i mean lah ya. Oh, dibarengi dengan kabar gembira kalo kulit manggis ada ekstraknya. Damn, i love this country :))  
Di masa ini, salah satu stasiun tv abis di bully. Di masa ini hasil QuickCount masih simpang siur kebenarannya. Di masa ini mastin terlihat emang good.
Eh yang tadi berantem berantem tentang capres pilihan masing masing gimana? MASIH :))

Blablablabla tanggal 22 Juli pun tiba. Kemarin. Ga kemarin banget. Hasil resmi perhitungan suara. Disinilah semuanya disahkan. Tapi belom kelar juga, karena salah satu capres rada ribet. Iya capres yang kalah suara itu. Gue pribadi menyayangkan aja sikapnya kaya gitu. Yaiyalah dia capres. Calon Presiden. Calon pemimpin bangsa. Yamasa iya kaya gitu. Apa kata yang nyoblos dia ntar yekan. Tapi yaudalah ya. Akhirnya sah lah presiden terpilih Indonesia yang ketu7uh. Jokowi beserta wakilnya Jusuf Kalla.






Selamat ya pak. Biarlah apa yang bapak janjikan kepada rakyat, dapat bapak kerjakan dengan sebaik baiknya. Indonesia sekarang dalam era baru. Mudah mudahan bertambah baik lagi dalam struktur organisasi dll. Pilih orang kabinetnya ntar yang bener makanya pak. Jangan kecewakan Rakyat yang sudah memilih. 

Dan sekarang pesta demokrasi sudah bubar, pesan Jokowi kepada kita semua " Lupakan No 1, Lupakan No 2, Dahulukan Persatuan Bangsa. Tugas berat menanti kita."

Mari, bersatu kembali setelah adanya perbedaan suara dalam masa sebelum pemilihan kemarin. Suka tidak suka, mau tidak mau, pemimpin kita adalah beliau. Junjung tinggi Persatuan Indonesia, sila ketiga.
Era baru. Era yang (mudah mudahan) lebih baik. Indonesia yang (mudah mudahan) lebih maju. Hiduplah Indonesia Raya! *peluk Burung Garuda*

Jumat, 18 Juli 2014

Penyesalan




"Aku sangat rindu padamu, Suparjo"

"Aku juga Dewi, tapi kita tidak bisa bertemu dulu sampai seminggu kedepan karena aku harus memata-matai strategi musuh; Kerajaan Demak".

"Kau sudah memiliki komandan perang. Biarlah dia yang mengerjakan itu. Aku sangat khawatir terhadap keselamatanmu disana".

"Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja. 2 hari lagi aku akan berangkat, menyamar ke benteng Demak untuk memata-matai"

"Perjalanan dari sana ke rumah hanya setengah hari, Suparjo. Pulang lah terlebih dahulu".

"Aku tidak bisa, Dewi. Bersabarlah".

Itulah percakapan surat yang terakhir yang dilakukan Dewi dan Suparjo. Yang dikirim lewat elang. Kadang naga.

Karena rasa rindu dan perasaan tidak enak, Dewi memutuskan untuk pergi menemui kekasihnya di markas tempat kekasihnya biasa menyusun strategi. Toh perjalanan kesana hanya setengah hari pikirnya.

"Suketi, aku akan menemui kekasihku di markas. Lusa, ia akan pergi ke benteng musuh, aku mempunyai perasaan tidak enak terhadapnya", ujarnya kepada kakaknya suketi.

"Bersabarlah Dewi, pada akhirnya Suparjo akan pulang".

"Tidak Suketi, aku tidak tenang".

"Apa kau yakin? Baiklah biar aku antar", Suketi menawarkan.

"Oh, tidak tidak, tidak perlu. Terima kasih. Aku bisa sendiri, toh belum ada perang saat ini.

"Berhati-hati lah. Sekarang aku yang khawatir sama kamu Dewi".

Dewi pamit ke Suketi dan pergi untuk menemui sang kekasih.


Keesokan harinya, pada saat Suparjo sedang menulis surat untuk kekasihnya, datanglah pengawalnya.

"Lapor tuan, ada hal yang ingin saya sampaikan kepada tuan. Penting"

"Kau ini. Tentu saja ada hal yang ingin kau sampaikan makanya kau datang kepadaku kan?"

"Maaf tuan, mata-mata pertama kita yang berangkat kemarin...."

"Ya? ada apa dengan mereka?"

"Mereka menemukan kekasih tuan di hutan sebelah utara dengan panah menancap di kepala tuan. Maafkan saya"

"Gimana gimana?" ujar Suparjo berharap salah dengar.

"Mata-mata pertama kita yang berangkat kemarin, Mereka menemukan kekasih tuan di hutan sebelah utara dengan panah menan..."

"CUKUP!" Potong Suparjo. "Kembali ke pos kamu sekarang!"

Suparjo melamun seakan tidak percaya tentang hal yang baru saja dia dengar. Pikirannya kemana-mana. Hatinya terpecah belah. Air mata mulai mengalir. 
Andaikan dia yang pulang kerumah kemarin seperti permintaan Dewi, maka semua ini tidak akan terjadi, sesalnya.

Kini yang ada hanya penyesalan. Penyesalan yang sampai matipun, tidak akan pernah habis. Penyesalan yang selalu menghantui siang dan malam.

Keesokan harinya, Suparjo tidak memata-matai kekuatan musuh, ia malah memerintahkan seluruh pasukannya untuk langsung menyerang kerajaan Demak, atas dasar dendam karna Dewi sudah mereka bunuh.
Karena Suparjo kehilangan akal sehat, ia berperang dengan rasa marah bukan dengan bijak. Akhirnya kerajaan Suparjo pun takluk oleh kekuatan musuh yang ternyata jauh lebih kuat dari perkiraan sebelumnya.


-Tamat-





Seru ga? Engga yah? Maap ya. Maksa gitu ceritanya supaya dapet intinya tentang penyesalan, haha. 
Ada pepatah lama yang bilang : 
               
           "Penyesalan itu selalu datang terlambat"

Yah, namanya juga penyesalan yah, selalu datengnya blakangan. 
Biasanya setiap penyesalan yang datang itu bermula dari sikap bodo amat atau sikap tidak berpikir masak apa *jiaah* sikap tidak berpikir masak-masak akan apa yang mau seseorang lakukan.

Contohnya, uda ga punya duit nih. Tapi harus punya duit karena utang uda ditagih terus sama rentenir. Nah mau gamau dia harus punya duit secepatnya kalo gamau mati di gantung di Monas. Akhirnya dia memilih cara praktis : nyopet. 
Dia uda bodo amat sama apa yang dia buat. Akhirnya dia nyopet, dapet duit, bayar rentenir, lunas, ketemuan ama yang dicopet, ditangkep, masuk penjara, datanglah penyesalan.
Kira-kira siklusnya seperti itu *dikurangi acara ketemuannya*

Setiap orang itu pasti pernah melakukan kesalahan dan ujungnya penyesalan selalu datang. 
Ada 2 tipe orang setelah berada di tahap 'datangnya penyesalan' itu.

1. Orang yang tidak memaafkan diri sendiri, dan 
2. Orang yang memaafkan diri sendiri dan berubah.


2.

Satu dulu, nyet! | oh iya maap.

1. Orang yang tidak memaafkan diri sendiri

Orang tipe ini pada saat penyesalan datang, dia bener-bener menyesal. Tapi menyesal terus. Kenapa gue begini, kenapa gue begitu, gue ga seharusnya bikin itu, gue mustinya ngelakuin itu, gue mendingan ilang aja ditelan bumi! Bumi juga eneg nelen lo, bro. Maksud gue, orang-orang tipe ini terlalu larut dalam penyesalan dan jatohnya jadi lebay. Gamau move on dari kesalahan sendiri. Mungkin di bagian pendalaman karakter dia keren untuk maen sinetron. Tapi kan ini kehidupan nyata. 
Sesungguhnya orang yang tidak bisa bangkit dari kesalahan itu, payah. 


2. Orang yang memaafkan diri sendiri dan berubah.

Berdamai dengan diri sendiri itu sangat sangat sangat penting. Karena ga ada yang lebih kasian dari pada orang yang membenci dirinya sendiri. Ga bakal berkembang. Di tahap 'datangnya penyesalan' orang yang tipe seperti ini juga bener bener menyesal. Iya, dia juga ada 'galau time' nya juga. Tapi setelah berpikir, tipe ini bakal bangkit dari kesalahan dan berusaha untuk memperbaikinya dan ujungnya bakal tidak mengulanginya lagi. Sebesar apapun penyesalan yang datang, mereka sebisa mungkin move on dari kesalahan itu. Kalaupun pikiran-pikiran akan kesalahan itu datang lagi (penyesalan), itu tidak akan membuat mereka kembali terpuruk. 


Penyesalan itu perlu. Tinggal gimana sikap kita selanjutnya. Apakah kita mau berubah, atau tetep tinggal dalam penyesalan? :)

Jumat, 04 Juli 2014

Friendzone





Selamat datang di postingan pertama di bulan Juli tahun 2014 ini.
Sebenernya gue sempet kehilangan semangat buat nulis lagi, karena suatu hal. Tapi boong, HAHAHAHAHA. Maap garing. Jomblo mah bebas.
Ternyata benar, menulis itu jangan berdasarkan ada embel-embelnya, tapi menulis itu tentang mood dan rasa. Asik.
Kalo lo memaksakan menulis sesuatu untuk sesuatu, menurut gue hasilnya kurang maksimal di bagian 'rasa' tulisan itu sendiri.
*ck ngaco ah*

Malam ini, seperti yang sudah kita baca bersama-sama, judulnya itu. Friendzone. Beuh, ngeri ga tuh? 
Terinspirasi dari kasus orang-orang sekitar aje sih sebenernya. 

Friendzone ini diambil dari kata yunani oikos dan nomos. *Ya enggaaa, ini biar blog gue terlihat edukatif aja dikit ih kenapa sih!*
Friend itu teman, zone itu zona. Dan gue rasa itu ga penting ya, karena anak TK aja uda pasti tau kalo gitu doang mah. TK International School. 
Friendzone ini istilah dalam sebuah komplikasi hubungan yang terjadi jika dalam suatu pertemanan, sebuah grup pertemanan, atau bisa di bilang geng lah ya, geng dolly, nah itu diantara mereka ada yang naksir sama anggota geng lainnya. Nah loh :))

Friendzone ini emang ribet. Lebih ribet dari pada maen cang-cang-panjang-yang-panjang-jadi. Asli. Ya gimana ga ribet, lo naksir orang, sedangkan orang itu temen maen lo. Yekan bakal gimana gitu yah. Sebenernya Friendzone ini salah ga salah sih, ya ga ada salahnya juga sih lo ngegebet temen deket sendiri. Malah kata orang, bakal asik karena uda saling tau kejelekan masing-masing.

Nah, itu mending sih karena masih mikir-mikir sebelom ngegebetnya. Jadi rasa naksir yang uda ada, masih bisa lo redam. Yang paling kampret itu kalo misalnya lo ama doi nih. Awalnya dimana-mana pasti temenan dong, nah lama-lama lo naksir doi nih. Nah segala macem ilmu permodusan uda lo tempuh, dan ketika lo tembak, dia cuma ngomong "lho, gue kira kita sebatas temenan doang". JENGJENG! 

Itu abis dikatain begitu rasanya pasti kaya abis dikhianati Pedro di film Amigos, yegak sih? Kecewa banget pasti. Malu juga iya. Yang nembak rasanya begitu, yang ditembak rasanya juga ga enak tapi ga pengen hubungan retak juga. Serba salah deh pokoknya. Dan iya, yang ga enaknya itu pasti setelah kejadian. Dimana-mana, siapapun , pasti setelah kejadian yang seperti itu terjadi, bakalan jadi awkward dua-duanya. Jadi gamau nongkrong bareng lagi, jadi gamau bales sms, pokoknya hubungan pasti jadi renggang sesaat. Sesaat lho ya, kalo dasarnya emang temenan. Sampai kapan, ya sampai si hati yang tersakiti ini pulih kembali. halah. Ini sih masalah friendzone paling populer di Nusa Tenggara, eh, Nusa Bangsa kita ya yang kaya gini ini.

Dan yang lebih kampret dari jawaban 'lho, gue kira kita sebatas temen doang' itu apa coba? 'lho aku uda anggep kamu kakak selama ini'. issssh antara eneg ama kecewa ama ga kecewa juga sih kalo kaya gitu. Kenapa ga kecewa, ya karena para brengsek-brengsek ini pasti memanfaatkan moment. Wah, di anggep kakak. Yaudah kaka-adean. Ya walopun eneg sih ujung-ujungnya. Tapi dengan kaka-ade an kan segala macam permodusan menjadi dimaklumi. 


"Lho, kok dia suap-suapan??"
"oooh, iya maklum, kakaknyaaaa..."

"Lho, kok dia perhatian banget?"
"oooh, iya maklum, dia kan adenya..."

"Lho kok kamu minta dibayarin mulu??"
"aku kan adikmu baang... baaaang goyang baang..."
*ade-adean ketemu di konser dangdut*




Kasian sih emang sama lo yang sedang terjebak friendzone. Lo bakal beruntung kalo dia juga sebenernya nyimpen perasaan suka yang sama. Kalo gitu ceritanya sih ga usah susah-susah sepik.
Terus kalo lagi naksir, gimana caranya supaya lo tau sedang berada di friendzone atau engga? 
Selain setelah nembak dia jawab 'kamu itu cuma sebatas sahabat aja', lo musti kenali dulu cara berhubungannya kalian.

Gini-gini. Menurut gue, makin cuek cara hubungan lo sama doi, makin berada di friendzone lah kalian. Maksudnya cuek itu ya uda sahabatan banget lah kalian. Suka noyor pala, manggil seenaknya, ya hal yang gitu-gitu lah. Tapi ga menutup kemungkinan juga sih untuk bisa naksir. Tapi kalo uda kaya gitu ya kemungkinan jadi naksir sih kecil. Tapi ada. Ya pokoknya kalo lagi deket dia tiba-tiba dada lo dagdigdug, naah uda ada gejala naksir deh pokoknya. Intinya begitu.

Intinya Friendzone itu bukan ga mungkin dihilangkan kalo emang diantara lo semua ada yang naksir satu dengan yang lain. Cuma, kalo uda temenan lama dan tiba-tiba jadi naksir ya hanya butuh usaha extra aja sih. Beruntung juga kalo temenannya biasa aja ga ampe yang akrab banget. Kalo masih biasa aja sih ya masih gampang buat keluar dari friendzone ini. 
Cuma ya dipikir-pikir lagi kalo lo emang jadi naksir ama temen sendiri. Atau lo naksir ama seseorang deh, bakal di anggep sebatas temen atau engga. Hal yang harus lo pikir baik-baik itu adalah 'Ini orang emang cocok dijadiin pacar atau emang cocoknya cuma jadi sahabat aja'. Supaya lo emang ga salah ambil langkah. Ga enak lho awkward sama sesama temen itu. FYI aje sih.
Tapi kalo emang lo bener-bener naksir dan pengen dijadiin pacar sih ya, friendzone bisa di kondisikan sih. HAHAHA.

Selamat berjuang! 



Welcome Back!

Welcome back dijudul itu lebih ke buat gue pribadi sih di blog gue ini. Gatau kenapa tiba-tiba pengen nulis-nulis lagi aja. Terakhir gue nul...