Jumat, 18 Juli 2014

Penyesalan




"Aku sangat rindu padamu, Suparjo"

"Aku juga Dewi, tapi kita tidak bisa bertemu dulu sampai seminggu kedepan karena aku harus memata-matai strategi musuh; Kerajaan Demak".

"Kau sudah memiliki komandan perang. Biarlah dia yang mengerjakan itu. Aku sangat khawatir terhadap keselamatanmu disana".

"Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja. 2 hari lagi aku akan berangkat, menyamar ke benteng Demak untuk memata-matai"

"Perjalanan dari sana ke rumah hanya setengah hari, Suparjo. Pulang lah terlebih dahulu".

"Aku tidak bisa, Dewi. Bersabarlah".

Itulah percakapan surat yang terakhir yang dilakukan Dewi dan Suparjo. Yang dikirim lewat elang. Kadang naga.

Karena rasa rindu dan perasaan tidak enak, Dewi memutuskan untuk pergi menemui kekasihnya di markas tempat kekasihnya biasa menyusun strategi. Toh perjalanan kesana hanya setengah hari pikirnya.

"Suketi, aku akan menemui kekasihku di markas. Lusa, ia akan pergi ke benteng musuh, aku mempunyai perasaan tidak enak terhadapnya", ujarnya kepada kakaknya suketi.

"Bersabarlah Dewi, pada akhirnya Suparjo akan pulang".

"Tidak Suketi, aku tidak tenang".

"Apa kau yakin? Baiklah biar aku antar", Suketi menawarkan.

"Oh, tidak tidak, tidak perlu. Terima kasih. Aku bisa sendiri, toh belum ada perang saat ini.

"Berhati-hati lah. Sekarang aku yang khawatir sama kamu Dewi".

Dewi pamit ke Suketi dan pergi untuk menemui sang kekasih.


Keesokan harinya, pada saat Suparjo sedang menulis surat untuk kekasihnya, datanglah pengawalnya.

"Lapor tuan, ada hal yang ingin saya sampaikan kepada tuan. Penting"

"Kau ini. Tentu saja ada hal yang ingin kau sampaikan makanya kau datang kepadaku kan?"

"Maaf tuan, mata-mata pertama kita yang berangkat kemarin...."

"Ya? ada apa dengan mereka?"

"Mereka menemukan kekasih tuan di hutan sebelah utara dengan panah menancap di kepala tuan. Maafkan saya"

"Gimana gimana?" ujar Suparjo berharap salah dengar.

"Mata-mata pertama kita yang berangkat kemarin, Mereka menemukan kekasih tuan di hutan sebelah utara dengan panah menan..."

"CUKUP!" Potong Suparjo. "Kembali ke pos kamu sekarang!"

Suparjo melamun seakan tidak percaya tentang hal yang baru saja dia dengar. Pikirannya kemana-mana. Hatinya terpecah belah. Air mata mulai mengalir. 
Andaikan dia yang pulang kerumah kemarin seperti permintaan Dewi, maka semua ini tidak akan terjadi, sesalnya.

Kini yang ada hanya penyesalan. Penyesalan yang sampai matipun, tidak akan pernah habis. Penyesalan yang selalu menghantui siang dan malam.

Keesokan harinya, Suparjo tidak memata-matai kekuatan musuh, ia malah memerintahkan seluruh pasukannya untuk langsung menyerang kerajaan Demak, atas dasar dendam karna Dewi sudah mereka bunuh.
Karena Suparjo kehilangan akal sehat, ia berperang dengan rasa marah bukan dengan bijak. Akhirnya kerajaan Suparjo pun takluk oleh kekuatan musuh yang ternyata jauh lebih kuat dari perkiraan sebelumnya.


-Tamat-





Seru ga? Engga yah? Maap ya. Maksa gitu ceritanya supaya dapet intinya tentang penyesalan, haha. 
Ada pepatah lama yang bilang : 
               
           "Penyesalan itu selalu datang terlambat"

Yah, namanya juga penyesalan yah, selalu datengnya blakangan. 
Biasanya setiap penyesalan yang datang itu bermula dari sikap bodo amat atau sikap tidak berpikir masak apa *jiaah* sikap tidak berpikir masak-masak akan apa yang mau seseorang lakukan.

Contohnya, uda ga punya duit nih. Tapi harus punya duit karena utang uda ditagih terus sama rentenir. Nah mau gamau dia harus punya duit secepatnya kalo gamau mati di gantung di Monas. Akhirnya dia memilih cara praktis : nyopet. 
Dia uda bodo amat sama apa yang dia buat. Akhirnya dia nyopet, dapet duit, bayar rentenir, lunas, ketemuan ama yang dicopet, ditangkep, masuk penjara, datanglah penyesalan.
Kira-kira siklusnya seperti itu *dikurangi acara ketemuannya*

Setiap orang itu pasti pernah melakukan kesalahan dan ujungnya penyesalan selalu datang. 
Ada 2 tipe orang setelah berada di tahap 'datangnya penyesalan' itu.

1. Orang yang tidak memaafkan diri sendiri, dan 
2. Orang yang memaafkan diri sendiri dan berubah.


2.

Satu dulu, nyet! | oh iya maap.

1. Orang yang tidak memaafkan diri sendiri

Orang tipe ini pada saat penyesalan datang, dia bener-bener menyesal. Tapi menyesal terus. Kenapa gue begini, kenapa gue begitu, gue ga seharusnya bikin itu, gue mustinya ngelakuin itu, gue mendingan ilang aja ditelan bumi! Bumi juga eneg nelen lo, bro. Maksud gue, orang-orang tipe ini terlalu larut dalam penyesalan dan jatohnya jadi lebay. Gamau move on dari kesalahan sendiri. Mungkin di bagian pendalaman karakter dia keren untuk maen sinetron. Tapi kan ini kehidupan nyata. 
Sesungguhnya orang yang tidak bisa bangkit dari kesalahan itu, payah. 


2. Orang yang memaafkan diri sendiri dan berubah.

Berdamai dengan diri sendiri itu sangat sangat sangat penting. Karena ga ada yang lebih kasian dari pada orang yang membenci dirinya sendiri. Ga bakal berkembang. Di tahap 'datangnya penyesalan' orang yang tipe seperti ini juga bener bener menyesal. Iya, dia juga ada 'galau time' nya juga. Tapi setelah berpikir, tipe ini bakal bangkit dari kesalahan dan berusaha untuk memperbaikinya dan ujungnya bakal tidak mengulanginya lagi. Sebesar apapun penyesalan yang datang, mereka sebisa mungkin move on dari kesalahan itu. Kalaupun pikiran-pikiran akan kesalahan itu datang lagi (penyesalan), itu tidak akan membuat mereka kembali terpuruk. 


Penyesalan itu perlu. Tinggal gimana sikap kita selanjutnya. Apakah kita mau berubah, atau tetep tinggal dalam penyesalan? :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Welcome Back!

Welcome back dijudul itu lebih ke buat gue pribadi sih di blog gue ini. Gatau kenapa tiba-tiba pengen nulis-nulis lagi aja. Terakhir gue nul...